Dear, Milkyway ….

Dear, Milkyway…

Aku tau, kamu tidak pernah tidur. Aku tau kamu tidak pernah berubah. Kamu tetap selalu menjadi milkyway yang begitu menawan, sama seperti ketika 5 tahun yang lalu aku mengenalmu. Mungkin malam ini adalah malam pertama kalinya aku mencurahkan isi hati ini kepadamu. Setelah kurang lebih 3 tahun lamanya aku tak pernah menyapamu. Yah, saat ini aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri. Di mana, aku bukanlah seorang anak penggemar gugusan bintang yang selalu ingin melihat Jupiter di pertengahan Bulan Juli lagi.

Aku kini sudah berubah. Beranjak dewasa, mencari jati diriku yang sesungguhnya. Aku mulai berpikir untuk bisa bermanfaat bagi banyak orang. Aku mulai berpikir untuk melakukan sebuah aksi yang bisa membuat orang-orang yang berada di sekitarku bangga memiliki aku. Aku ingin menunjukkan kepada alam semesta, bahwa aku ada. Aku hidup.

Aku yang saat ini, sudah bukanlah “bocah petualang” yang kau kenal dulu. Seorang bocah yang sangat bersemangat untuk melakukan petualangan-petualangan yang sangat mengerikan. Menaiki pegunungan kapur, berendam di sungai, berlarian bersama deburan ombak di laut, menelusuri goa bawah tanah, mencari endapan fosil dan batuan sedimen, atau bahkan aku sudah tidak pernah bermain-main di bawah teriknya sinar matahari yang membuat kulitku gosong dan hitam kelam. Aku  yang sekarang, telah menjelma menjadi seorang putri yang sangat memperhatikan diriku sendiri. Aku bahkan takut untuk menjadi hitam. Aku takut ketika kulitku kering atau tergores sesuatu. Tidak seperti dahulu, ketika aku terbiasa mendapati kulitku lecet dan berdarah karena petualanganku yang cukup mengerikan.

Ya, aku beranjak memasuki usiaku yang ke-21 tahun. Di mana aku telah menjadi seorang mahasiswa Indonesia. Mahasiswa yang sangat takut untuk berimajinasi apa yang terjadi pada bangsanya 10 hingga 15 tahun yang akan datang. Mahasiswa yang bukan hanya sekedar mengejar gelar cumlaude saja. Melainkan mahasiswa yang ingin mendapatkan gelar “dengan pujian” dari Tuhan Yang Maha Memanajemen.

Milkyway… Aku sangat merindukanmu. Aku sangat merindukan saat-saat ketika dengan leluasanya aku memandangimu di tanah lapang di pertengahan Bulan Juli. Aku ingin kembali di saat-saat ketika aku bisa bercengkerama dengan tenang dan tanpa beban pikiran di tengah malam hari denganmu. Aku merindukan ketika aku belajar menggunakan teropong bintang untuk bisa merasakan betapa lembutnya dirimu.

Milkyway, aku begitu ingin kembali kepadamu …